Jumat, 18 Februari 2011

perlunya kajian lingkungan geografi terhadap sejarah

 Perlunya Web Komunitas Event Organizer - Sejarah Perkembangan Geografi

A. Geografi Klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan pengetahuan tentang bumi pada masa tersebut masih dipengaruhi oleh Mitologi. Secara lambat laun pengaruh Mitologi mulai berkurang seiring dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), sehingga corak pengetahuan tentang bumi sejak saat itu mulai mempunyai dasar ilmu alam dan ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi dilakukan dengan memakai logika.




Kedudukan Geografi sebagai Ilmu Pengetahuan batasan dan lapangan/objeknya masih dipertentangkan oleh para ahli sampai abad ke-19. Sampai abad ke-19 corak susunan isi Geografi hanya berupa uraian tentang penemuan daerah baru, adat istiadat penduduknya dan gejala serta sifat alam lainnya. Pengumpulan bahan-bahan tersebut belum diarahkan pencarian hubungan antara satu dengan yang lainnya serta mencari penyebab mengapa terjadinya hubungan tersebut serta diuraikan secara Deskriptif.
Pada masa sebelum masehi, pandangan dan paham Geografi dipengaruhi oleh paham Filsafat dan Sejarah. Uraian geografi bersifat sejarah, sedangkan uraian Sejarah bersifat Geografi. Selain itu juga pada masa ini muncul juga tulisan tentang pembuatan peta bumi atau lukisan fisis daerah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa geografi pada masa ini juga bersifat matematis.



Tokoh-tokoh yang termasuk dalam ketegori Geografi Klasik, adalah :
1. Anaximandros, seorang Yunani yang pada tahun 550 SM membuat peta Bumi.
Ia beranggapan bahwa bumi berbentuk Silinder. Perbandingan panjang Silinder dan garis tengahnya, adalah 3:1. Bagian bumi yang dihuni manusia menurutnya adalah sebuah pulau berbentuk bulat yang muncul dari laut. Karena pendapatnya tersebut, maka peta bumi yang dibuatnya mirip sebuah jamur.
2. Thales (640-548 SM)
Menganggap bahwa bumi ini berbentuk keping Silinder yang terapung di atas air dengan separuh bola hampa di atasnya. Pendapat ini hilang seabad kemudian setelah Parminedes mengemukakan pendapatnya bahwa bumi berbentuk bulat. Kemudian Heraclides (+ 320 SM) berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbunya dari barat ke timur. Pada masa itu juga sudah dikenal adanya beberapa zone iklim meski pada waktu itu belum diketahui bahwa kondisi tersebut merupakan akibat dari letak sumbu bumi yang miring.



B. Geografi Abad Pertengahan
Pada akhir abad pertengahan, uraian-uraian tentang Geografi masih bercirikan hasil laporan perjalanan, baik perjalanan yang dilakukan melalui darat maupun melalui laut.


Perjalanan umat manusia di muka bumi, dilakukan oleh para pedagang yang melakukan perniagaan antar negara dan antar benua, serta dilakukan oleh para tentara untuk melakukan peperangan dan meluaskan tanah kekuasaan. Perjalanan melalui darat yang terkenal adalah "Via Appia" perjalanan darat antara Roma dan Capua (950 sm), serta "Jalan Sutera" antara Tiongkok dengan Timur Tengah (abad pertengahan) telah menjadi sumber materi Geografi yang sangat berharga pada masa itu. Perjalanan yang banyak dilakukan oleh umat manusia telah merangsang ditemukannya wilayah baru yang sebelumnya belum pernah terdengar atau diketahui manusia, sehingga masa ini sering disebut REVOLUSI GEOGRAFI.
Pesatnya perkembangan Geografi juga disorong oleh munculnya gerakan pembaharuan di bidang seni, filsafat, renesaince, dan humanisme agama (munculnya paham protestanisme) sehingga para sarjana lebih leluasa dalam mengemukakan pendapatnya tentang keadaan dunia. Pada masa
tersebut para pelancong tidak didorong oleh oleh sekedar hasrat ingin tahu dari luar horisonnya, tetapi dalam melakukan perjalanan sudah memiliki tujuan tertentu, yaitu :
1. Menemukan daerah baru sebagai sumber ekonomis, sebagai daerah koloni, atau untuk kepentingan perdagangan dengan kata lain sebagai upaya untuk memperoleh kekayaan (Gold).
2. Sebagai tugas suci mengembangkan ajaran agamanya masing-masing atau bertujuan untuk penyebaran agama ke daerah baru (Gospel).
3. Sebagai akibat negatif yang kemungkinan diduga lebih dahulu dari kedua tujuan di atas, yaitu karena keperluan peperangan baik karena perebutan daerah sumber atau daerah pemasaran maupun peperangan akibat bentrokan ajaran agama (Glory).
Walaupun cara penemuan daerah baru terjadi karena diorong oleh motif dan tujuan tertentu, yaitu Gold, Glory dan Gospel (3G) namun sifat penulisan geografi dan yang bersifat geografi masih dilakukan secara deskriptif dalam arti dan uraiannya itu masih belum dilakukan usaha yang sengaja memberikan uraian penjelasan (explanation) tentang gejala yang dilukiskannya. Selain tujuan di atas, perjalanan menjelajahi dunia baru juga dilakukan oleh sebagian orang dengan tujuan petualangan dan hasil petualangan tersebut telah membuka tabir dunia dan memperkaya pengetahuan tentang bumi.



C. Geografi Modern
Pandangan ini mulai berkembang pada abad ke-18. Pada masa ini Geografi sudah dianggap sebagai suatu disiplin ilmiah dan sudah dipandang dari sudut praktis. Para tokohnya, adalah :
1. Immanuel Kant (1724-1804), seorang ahli filsafat Unversitas Koningsburg, Jerman yang memiliki pandangan seperti Varenius. Dia memandang bahwa Ilmu Pengetahuan dapat dipandang dari tiga pandangan yang berbeda, yaitu
Ilmu Pengetahuan yang menggolongkan fakta berdasarkan objek yang diteliti. Disiplin yang mempelajari kategori ini disebut "ilmu pengetahuan sistematis", seperti ilmu botani yang mempelajri tumbuhan, Geologi yang mempelajari kulit bumi, dan Sosiologi yang mempelajari manusia, terutama golongan sosial. Menurut Kant, pendekatan yang
dipergunakan dalam ilmu pengetahuan sistematis adalah studi tentang kenyataan.
b.
Ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bidang ini, adalah sejarah.
c.
Ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang, dan ini merupakan bidang dari Geografi.

Meski demikian, terdapat juga berbagai tentangan terhadap pemikiran Kant, misalnya apakah ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada ruang dan waktu ?.


Secara sistematis, Kant membagi Geografi menjadi :
Mathematical Geography (Geografi Matematis) yang berisi keterangan tentang gambaran bumi sebagai suatu massa dari sistem Tata Surya.
Moral Geography (Geografi Moral), yaitu uraian yang berisi gambaran tentang cara dan adat istiadat manusia di berbagai daerah di muka bumi.
Political Geography (Geografi Politik), yaitu uraian yang berisi gambaran tentang kesatuan-kesatuan negara di dunia yang didasarkan atas sistem pemerintahan.
Physical Geography (Geografi Fisis), yaitu uraian yang berisikan gambaran tentang bumi dan bagian-bagiannya termasuk hewan, veerasi dan mineral.
Merchantile Geography (Geografi Perdagangan), yaitu uraian yang berisikan gambaran tentang pola hubungan ekonomi penduduk dan bangsa-bangsa di dunia.



D. Geografi akhir abad ke 19 – Abad ke 20
Pusat perhatian Geografi pada akhir abad ke-19 adalah terhadap iklim, tumbuhan, dan hewan, serta terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli geografi pada periode ini memperdalam Geologi dan mempergunakan metode geologi dalam penyelidikannya. Sebaliknya geografi manusia menjadi semakin lemah. Pada akhir abad ke-19, geografi manusia masih bercorak geografi Ritter tanpa adanya perspektif baru. Kenyataan ini mungkin disebabkan karena kedudukan Ritter sebagai tokoh geografi di Universitas Berlin setelah kematiannya pada tahun 1859 untuk waktu yang lama tidak ada yang menggantikannya. Demikian juga di Inggris, sejak pengunduran diri Alexander Maconochie di tahun 1830-an menyebabkan geografi di negara tersebut tidak berkembang.


Meski di Universitas geografi manusia tidak memperoleh kemajuan tetapi di luar universitas tidak demikian. Di Amerika Serikat, Mayor Wisley Powell (1834-1902) mempelajari bentang alam dan sumberdaya air untuk menyarankan penggunaan tanah di suatu tempat dengan sebaik-baiknya.
Ahli Geografi lainnya dari Amerika Serikat, yaitu George Peskins Marsh (1801-1882) mempunyai perhatian khusus pada pentingnya mengkonservasi sumberdaya. Pada pendahuluan bukunya yang berjudul Man and Nature, or Physical Geography as Modified by Human Action (1864), Marsh berpendapat bahwa Van Humboldt dan Ritter merupakan tokoh aliran baru dalam Geografi yang pernah mengatakan bahwa "seberapa jauh keadaan lingkungan fisikal mempengaruhi kehidupan sosial dan kemajuan sosial". Kemudian pada diri Marsh timbul pertanyaan "Bagaimana manusia mengubah permukaan bumi ?" dalam hal ini Marsh ingin menekankan bukan permukaan bumi yang menentukan kehidupan yang lebih baik, namun keadaan yang lebih jelek akan terjadi apabila manusia merusak lingkungan alamnya.
Pada masa ini, tokoh geografi lainnya yang berpengaruh, adalah :
1. Friederich Ratzel (1844-1904), Tokoh Geografi Jerman
Tokoh Geografi yang pemikirannya memperoleh pengaruh Humboldt – Ritter dan Darwin. Pada zaman Humboldt – Ritter, paham fisis determinis belum kelihatan tegas. Melalui metodologi ilmiah yang dikemukakan oleh Ratzel, yaitu
menyatakan secara tegas bahwa alam menentukan kehidupan manusia, paham fisis determinis menjadi semakin jelas. Ajaran Ratzel tersebut dikenal dengan "Anthropogeographie" yang juga merupakan judul buku yang ditulisnya. Buku tersebut terbit pertama pada tahun 1882. Menurut Ratzel bahwa selain lingkungan alam, aktifitas manusia merupakan faktor penting dalam kehidupan di suatu lingkungan. Ratzel selain mempelajari geografi juga mempelajari Antropologi secara mendalam. Menurutnya, apabila diadakan perbandingan antara kelompok manusia yang berbeda, pasti manusia itu sendiri yang menentukan dan terutama keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan kebudayaannya. Ratzel mengungkapkan, adanya pengaruh alam yang menentukan sifat badaniah dan rohaniah manusia. Menurutnya, hubungan sifat badaniah dan rohaniah erat kaitannya dnegan pengaruh alam yang bekerja terhadap manusia. Bangsa-bangsa yang berkulit hitam dan berwarna di dalam penyebarannya mendiami negeri-negeri yang berhawa panas. Keadaan alam di negeri panas yang membuat kulit bangsa-bangsa demikian, keadaan alam juga menentukan keterbelakangan rohani dari bangsa-bangsa yang berkulit hitam dan berwarna. Berbeda dengan keadaan alam dari bangsa-bangsa yang berwarna kulit putih, yang berhawa ingin dan sejuk menentukan warna kulit putih dari bangsa-bangsa yang mendiaminya. Keadaaan alam yang dingin dan sejuk juga menentukan kemajuan hubungannya dengan keadaan alam yang menentukan pula kemajuan rohani bangsa-bangsa kulit putih. Dalam hubungannya dengan keadaan alam yang menentukan keadaan rohaniah manusia, oleh Ratzel dikemukakan pula hubungannya dengan agama monoteisme.
Sumber: Geografi Suatu Pengantar, Dr. Iwan Hermawan, M.Pd

1 komentar:

sainstek mengatakan...

mantap gan !!!